Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.
Kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

Saturday, August 29, 2009

Friday, August 28, 2009

Selamat Konvokesyen Adinda ku cayang



hihi..perjalanan masuk ke UTM...aduh amannya

Friday, August 21, 2009

salam ramadhan

DUHAI KEKASIHKU

Duhai Kekasihku …
Aku hanyalah insan lemah
Yang sering berbuat dosa
Pun sering menyesalinya
Namun slalu terulang lagi

Duhai Kekasihku …
Jikalau kami masih menyiakan waktu
Jika segunung dosa masih membumbung
Adakah ampunanMu kan menyambut?
Tuk menghadirkan cahaya kerinduan

Duhai Kekasihku …
Ingin kuterbang tinggi
Namun satu sayap tak kan mampu menapaki
Adakah sayap lain kan mengantarku
Menggapai RidhoMu nan hakiki

Duhai Kekasihku …
Biarlah diRamadhan ini masih kusendiri
Sekiranya ku masih diberi kesempatan
Menyempurnakan doa yang tertunda
Sampai tiba waktunya tuk melabuhkan hatiku

Thursday, July 16, 2009

aku bukan bidadari syurga

Aku bukan bidadari surga,
suci dan perawan sejak lahirnya,
tak terjamah tangan-tangan manusia,
tak tersentuh dengan dosa.

Aku bukan bidadari surga,
senantiasa menaati Rabbnya,
patuh pada perintah-Nya,
selalu beribadah kepada-Nya.

Bidadari surga tak pernah berdusta,
bidadari surga tak pernah berdosa,
bidadari surga tak pernah lupa.

Meski aku bukan bidadari surga,
Allah telah berjanji bahwa kelak di surga,
wanita dunia akan lebih utama
mengalahkan bidadari surga.

Karena, wanita dunia itu istimewa.
Ia beriman saat orang lain menyembag berhala.
Ia bertaqwa saat orang lain abai pada perintah-Nya.
Ia qonaah pada berapapun rizki yang diperolehnya.
Ia istiqomah saat kehidupan semakin gila.
Ia tegar walau duka mendera hatinya.

Seandainya aku bisa,
kuingin menjadi bidadari surga,
yang bermanfaat untuk menusia lainnya,
yang dicinta dan diridhoi suaminya,
yang dibanggakan putra-putranya,
yang mencapai syahidah untuk diennya.

ya Allah, sekiranya Engkau ridha,
memuliakan diriku yang hina,
memberkahi usiaku yang tak seberapa,
hiasilah hatiku dengan mahkota keimanan,
dan permata taqwa.
Jadikan aku bidadari dunia,
'juga bidadari surga,
meski aku tak memiliki segala keutamaan bidadari surga.
Sebab tak mungkin bagi-Mu ingkari janji,
ya Allah,
perkenankanlah hamba berdoa.

-di petik dari saifah-

Wednesday, July 15, 2009

bondaku tersayang

Sungguh dialah (Ibuku )
Anugerah Terindah Milik Kita

Rintih ditelan usia, namun nampak tenang dan bahagia. Ikhlas, bak cinta penuh makna yang membias dari lipatan tua di wajah. Tiada yang berubah sejak saat dalam buaian, hingga sekarang mahkota putih tampak anggun menghiasinya. Dakapannya pun tak berubah, luruh memberikan kenyamanan dan kehangatan.

Jemari itu memang tidak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pintar, membaluti sekujur tubuh dengan doa-doa. Kaki nampak payah, tak mampu menampung tubuhnya.ya Allah

bonda...
Adakah saat ini ku masih mengenangkannya? Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putus mengalirkan kasih yang tak bertepi. Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Melukis sebuah kanvas putih nan suci, hingga tercipta lukisan Yahudi, Musyrik atau Nasrani. Namun, gurisan yang diselimuti untaian ayat suci Al Qur'an, zikir, tasbih serta tahmid, tentu akan melahirkan syakhsiyah Islamiyah (keperibadian Islam) pada jiwa. bonda pun berharap agar tercipta jundullah (tentara Allah) dari sebuah madrasah keluarga.

Seluas cinta bonda yang dibaluri tsaqofah Islamiyah (wawasan keislaman) telah menyemai banyak pahlawan Islam. Teladan Asma' binti Abu Bakar Ash-Shidiq melahirkan pahlawan Abdullah bin Zubair, yang dengan cintanya masih berdoa agar dirinya tidak mati sebelum mengurus jenazah anaknya yang disalib Hajaj bin Yusuf, Bani Umaiyah. warna seorang bonda, Al Khansa, melahirkan putra-putra kebanggaan Islam yang berani dan luhur akhlaqnya, hingga satu persatu syahid pada perang Qodisyiah. Di balik kesedihannya, bonda masih berucap, "Alhamdulillah... Allah telah mengutamakan dan memberikan kurnia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai syuhada. Aku berharap semoga Allah mengumpulkan aku dengan mereka dalam rahmat-Nya kelak."

Banyak... sungguh teramat banyak cinta bonda yang melahirkan kisah-kisah teladan. Didikan bonda mereka telah mampu mendidik sehingga menjadi anak-anak yang menuntut ilmu tanpa kenal lelah, bahkan berdiri dalam kemiskinan.lihat sahaja imam al ghazali, ibn sina...

Kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. mungkin kita pun tidak dilahirkan untuk menjadi seorang pahlawan. Namun, bonda kita dan mereka adalah sama, sebuah anugerah terindah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Tika dewasa, tapak kaki telah kuat menjejak tanah dan tangan pun terkepal ke angkasa, masihkah selalu ingat bonda? Cita-cita telah tergenggam di tangan, populariti, kemewahan hingga dunia pun telah takluk menyerah kalah, tunduk kerana ketekunan, jerih payah serta kerja keras tiada hentinya. Haruskah sombong dan angkuh hingga kata-kata menyakitkan begitu sombong terlontar?

Duhai jiwa, sekiranya engkau sedar bahwa tanpa doa bonda, niscaya semua masih angan-angan belaka.
Astaghfirullah... ampuni diri ini ya Allah.

Duhai bonda...
Maafkan jika mata ini pernah sinis memandang, dan lidah yang pernah terucap kata kasar hingga membuat terluka hatimu. Maafkanlah pula kalau kesibukan menghalangi untaian doa untukmu. Ampuni diri anaknda yang tak pernah membahagiakanmu bonda.

Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuanmu, mendakap tubuhmu, serta menangis di ribamu. Hingga menghapuskan kerinduan dalam riak anak-anak sungai di ujung mata dengan belai kasih sayangmu tika waktu kecil dulu.

ya Allah
Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan doa-doa hingga anakda pun nyenyak tertidur di sampingmu.

Duhai bonda...
Keindahan dunia tidak akan terganti dengan keindahan dirimu.
Sorak pesona dunia tidak dapat menggantikan gemuruh haru detik jantung...
saat engkau memelukku.
Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menulsuk lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.

Duhai bondaku...
Bukakanlah pintu ridhomu, hingga Allah pun meridhoiku.

library..bersamamu aisyah.......

Dia berkata, "Langit murung dan muram."

Aku berkata, "Tersenyumlah! Cukuplah kemuraman itu berada di langit."

Dia berkata, "Masa kecil telah berlalu!", maka aku berkata kepadanya, "Tersenyumlah!

Kesedihan tidak akan mengembalikan kebahagiaan masa kecil."

Dia berkata, "Langitku yang berada di angkasa

Menjadi Jahanam dalam kerinduan jiwaku.

Dia mengkhianati perjanjian dengan diriku, setelah aku memilikinya.

Hatiku, bagaimana aku bisa tersenyum “

Aku berkata, "Tersenyumlah dan berbahagialah! Jika engkau membandingkannya,

engkau akan menghabiskan semua umurmu dalam kepedihan."

Dia berkata, "Perdagangan itu ada dalam pertarungan sengit.

Seperti musafir yang hampir dibunuh kehausan.

Atau seperti pedang terhunus yang membutuhkan

darah, kemudian berhembus setiap kali menjilat darah."

Aku berkata, "Tersenyumlah! Engkau bukanlah orang yang mendatangkan obatnya

dan penyembuhnya. Jika engkau tersenyum, barangkali ....

Apakah orang lain berbuat kesalahan, jika engkau tidur –

dalam kenikmatan, seakan-akan engkau menjadi seorang kriminal?"

Dia berkata, "Para musuh di sekelilingku mengangkat suara mereka.

Apakah aku akan bergembira, sedangkan para musuh di sekelilingku berjaga?"

Aku berkata, "Tersenyumlah! Mereka tidak akan mencarimu dengan celaan.

Jika mereka tidak memiliki sesuatu yang lebih mulia dan lebih agung."

Dia berkata, "Musim-musim telah menampakkan tanda-tandanya.

Menghadap diriku dengan pakaian-pakaian dan boneka-boneka

Padahal aku memiliki kewajiban tetap kepada para kekasih.

Akan tetapi, telapak tanganku tidak memiliki satu dirham pun."

Aku berkata, "Tersenyumlah! Cukuplah bagimu selama engkau

masih hidup. Engkau tidak akan ditiadakan di antara para kekasih."

Dia berkata, "Malam-malam menegukkanku simalakama “.

Aku berkata, "Tersenyumlah walaupun engkau mencicipi buah simalakama!

Barangkali jika orang lain melihatmu berdendang

Dia akan membuang kesedihan ke sisinya dan ikut berdendang.

Apakah engkau menikmati satu dirham dengan kejenuhan

Ataukah engkau menikmati ruginya keceriaan?

Wahai orang yang berteriak, tidak ada bahaya bagi kedua bibirmu...

jika engkau merobeknya, dan wajah jika engkau menghancurkannya.

Tertawalah, karena awan tertawa dan malam...

berbenturan, karena itulah kita menyukai bintang-bintang!"

Dia berkata, "Keceriaan itu tidak akan membahagiakan semesta.

Mendatangi dunia dan menghilangkan keresahannya."

Aku berkata, "Tersenyumlah! Selama jarak antara dirimu dan kejelekan...

masih sehasta, karena setelah itu engkau tidak akan tersenyum."



Dari kitab: Lâ Tahzan Wabtasim li Al-Hayâh karya Mahmud Al-Mishri hlm 66-72
"Dialah Allah yang mengeluarkan kalian dari dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Lalu Allah menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati agar kalian bersyukur." (QS. An-Nakhl: 78)

Sudah puluhan tahun bilangan usia. Bertahun-tahun duduk di bangku sekolah. Tidak sedikit yang melintas pulau, bahkan benua. ‘Tiada hari tanpa membaca’ menjadi semangat hidup; hingga tidak teringat jumlah buku yang sudah dilahap; artikel, majalah, tabloid, jurnal dll. Semua itu dilalui dengan proses mendengar dan melihat. biar berjuta peristiwa di jalan raya membentang di depan mata. Tetapi, seberapa BANYAKkah manfaat yang sudah KITA dapati dari pendengaran dan pengilhatan itu? Sejauh manakah proses mendengar dan melihat itu membawa perubahan bererti? Atau benarkah kita sudah benar-benar mendengar dan melihat?

Mendengar dan melihat dengan hati, dengan kesedaran, itulah –kata Ibnul Jauzy- yang telah membawa kita pada perubahan, kehadiran al-Qalb atau af-idah menjadikan aktifitas mendengar dan melihat itu bermanfaat, menghantar kita pada nilai luhur; mendaki tangga syukur yang menjadi tujuan penciptaan. Sehingga apa yang dilihat menjadi pelajaran. Apa yang didengar menjadi peringatan. 'La'allakum tasykurun'. Di sinilah perbezaannya. Kemampuan kita mensyukuri penglihatan dan pendengaran, serta hati. Itu nilai yang menjadikan kita berada.

Maka kata Allah, “Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qaf: 37)